MENU

Minggu, 10 Juli 2011

APA ITU ANGIN?

ANGIN????

Tidak mungkin anda tidak mengetahui apa yang di maksud angin. Angin adalah udara yang bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Angin berhembus dikarenakan beberapa bagian bumi mendapat lebih banyak panas matahari dibandingkan tempat yang lain. Permukaan tanah yang panas membuat suhu udara di atasnya naik. Akibatnya udara mengembang dan menjadi lebih ringan.

Karena lebih ringan dibanding udara disekitarnya, udara akan naik. Begitu udara panas tadi naik, tempatnya segera digantikan oleh udara disekitarnya, terutama udara dari atas yang lebih dingin dan berat. Proses ini terjadi terus menerus. Akibatnya kita bisa merasakan adanya pergerakan udara atau yang kita sebut angin.

Angin dan Tekanan udara.
Berat udara di atas permukaan tanah menghasilkan daya tekan ke bumi. Inilah yang disebut tekanan udara. Udara yang mengembang menghasilkan tekanan udara yang lebih rendah. Sebaliknya, udara yang berat menghasilkan tekanan yang lebih tinggi.

Angin bertiup dari tempat yang bertekanan tinggi menuju ke tempat yang bertekanan rendah. Semakin besar perbedaan tekanan udaranya, semakin besar pula angin yang bertiup. Rotasi bumi membuat angin tidak bertiup lurus. Rotasi bumi menghasilkan Coriolis force yang membuat angin berbelok arah. Dibelahan bumi utara, angin berbelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan angin berbelok ke kiri. Untuk keperluan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai Metereologi dan geofisika diperlukan suatu alat yang dapat mengukur kecepatan angin dan mengukur tekanan udara. Alat tersebut sudah ada. Alat untuk mengukur kecepatan angin disebut "Anemometer" dan Alat untuk mengukur tekanan udara disebut "Barometer". 

Sabtu, 02 Juli 2011

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK: Tahapan-tahapan Penyusunan Anggaran

TAHAPAN-TAHAPAN PENYUSUNAN ANGGARAN

Langkah 1 : Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan Misi)
Visi dan misi adalah sebuah cara pandang yang jauh ke depan yang memberi gambaran tentang suatu kondisi yang harus dicapai oleh sebuah organisasi. Dari sudut pandang lain, visi dan misi organisasi harus dapat :
·         Mencerminkan apa yang ingin dicapai.
·         Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas.
·         Menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategi.
·         Memiliki orientasi masa depan.
·         Menumbuhkan seluruh unsur organisasi.
·         Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi.

Langkah 2 : Pembuatan Tujuan
Tujuan dalam hal ini adalah sesuatu yang akan dicapai dalam kurun waktu satu tahun atau yang sering diistilahkan dengan tujuan operasional. Karena tujuan operasional merupakan turunan dari visi dan misi organisasi, tujuan operasional seharusnya menjadi dasar untuk alokasi sumber daya yang dimiliki, mengelola aktivitas harian, serta pemberian penghargaan (reward) dan hukuman (punishment).
Sebuah tujuan operasional yang baik harus mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1.      Harus merepresentasikan hasil akhir (true ends/outcome) bukannya keluaran (output).
2.      Harus dapat diukur untuk menentukan apakah hasil akhir (outcome) yang diharapkan telah tercapai.
3.      Harus dapat diukur dalam jangka pendek agar dapat dilakukan tindakan koreksi (corrective action).
4.      Harus tepat, artinya tujuan tersebut memberikan peluang kecil untuk menimbulkan interpretasi individu. Namun ketepatan ini seharusnya tidak berada pada perincian yang salah.
Pembuatan tujuan menjadi langkah yang sangat penting dan strategis karena tujuan menjadi dasar utama pembuatan target dan indikator, kinerja yang akan melekat pada langkah penetapan aktivitas.

Langkah 3: Penetapan Aktivitas
Ketika pendekatan kinerja dan PPBS yang digunakan maka langkah yang harus dilakukan dalam penyusunan anggaran adalah penetapan aktivitas. Aktivitas dipilih berdasarkan strategi organisasi dan tujuan operasional yang harus ditetapkan.
Organisasi kemudian membuat sebuah unit/paket keputusan (decision package) yang berisi beberapa alternatif keputusan atas setiap aktivitas. Alternatif keputusan tersebut menjadi identitas dan penjelasan bagi aktivitas yang bersangkutan. Secara umum alternatif keputusan berisi komponen-komponen sebagai berikut:
·         Tujuan aktivitas tersebut, dinyatakan dalam suatu cara yang membuat tujuan yang diharapkan menjadi jelas.
·         Alternatif aktivitas/alat untuk mencapai tujuan yang sama dan alasan mengapa alternatif-alternatif tersebut ditolak.
·         Konsekuensi dari tidak dilakukannya aktivitas tersebut.
·         Input, kuantitas, atau unit pelayanan yang disediakan (output) dan hasil (outcome) pada berbagai tingkat pendanaan.

Langkah 4: Evaluasi dan Pengambilan Keputusan.
Langkah selanjutnya setelah pengajuan anggaran disiapkan adalah proses evaluasi dan pengambilan keputusan (penelaahan dan penentuan peringkat). Proses ini dapat dilakukan dengan standar baku yang ditetapkan oleh organisasi ataupun dengan memberikan kebebasan pada masing-masing unit untuk membuat kriteria dalam menentukan peringkat.
Teknisnya, alternatif keputusan dari semua aktivitas program yang direncanakan digabungkan dalam satu tabel dan diurutkan berdasarkan prioritasnya. Setiap level anggaran dianggap sebagai satuan yang berbeda.
Dalam penyusunan anggaran program berbasis nol, asumsi yang digunakan adalah pengambilan kebijakan dalam organisasi akan menerima apa pun urutan prioritas yang ditetapkan. Dengan demikian, kewajiban mereka hanyalah menentukan besarnya anggaran, sehingga besarnya anggaran yang akan menentukan aktivitas mana saja yang dapat dilaksanakan.

PENDEKATAN PENYUSUNAN ANGGARAN

Pendekatan Tradisional
Terdapat dua ciri utama dalam pendeketan tradisional ini. Ciri pertama adalah cara penyusunan berdasarkan pos-pos belanja. Anggaran dengan pendekatan tradisional menampilkan anggaran dalam prespektif sifat dasar (nature) dari sebuah pengeluaran atau belanja. Ciri kedua dari pendekatan ini adalah penggunaan konsep inkrementalisme, yaitu jumlah anggaran tahun tertentu dihitung berdasarkan jumlah tahun sebelumnya dengan tingkat kenaikan tertentu.
Penyusunan anggaran dengan menggunakan pendekatan tradisional memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:
1.      Pendekatan ini telah lama digunakaan, berbentuk sederhana dan mudah dipersiapkan serta dimengerti oleh orang yang berkepentingan.
2.      Pendekatan ini cocok dengan pola akuntansi pertanggungjawaban.
3.      Hampir semua program memiliki sifat dasar kesinambungan.
4.      Hampir semua pengeluaran memiliki sifat tidak terhindarkan.
5.      Dalam dunia nyata, keputusan harus didasarkan pada perubahan program dan perhatian dapat diberikan untuk perubahan yang ditawarkan dan dibandingkan bila data tahun sebelumya menurut pendekatan ini.
6.      Pendekatan tradisional ini tidak menghalangi pemberian data perencanaan dan evaluasi yang biasanya berhubungan dengan pendekatan penyusunan anggaran yang lain sebagai suplemen untuk data yang digunakan untuk menyusun anggaran dengan pendekatan tradisional ini.
7.      Karena aktivitas merupakan dasar dari unit organisasi, biaya dari setiap aktivitas akan terakumulasi sebagai biaya dari unit oerganisasi yang bersangkutan.
Namun, pendekatan tradisional ini juga memiliki beberapa kekurangan yang mengundang kritik yaitu:
1.      Tidak menyediakan dasar informasi yang memadai bagi pembuat keputusan.
2.      Terlalu berorientasi pada pengendalian dan kurang memerhatikan proses perencanaan dan evaluasi.
3.      Ada yang berpendapat bahwa ada ketidakseniambungan dari perhatian yang diberikan.
4.      Keputusan perencanaan penting cenderung diawali di tingkat manajemen terbawah di organisasi dan kemudian naik ke tingkat di atasnya. Padahal tujuan dan kebijakan seharusnya muncul di tingkat manajamen atas dan turun ke tingkat-tngkat dibawahnya.
5.      Perencanaan mungkin akan kurang diperhatikan karena anggaran didasarkan pada besarnya dan pola dari pengeluaran yang telah ada.
6.      Lembaga legislatif hanya diberikan rincian dari daftar pengeluaran dan tidak diberikan data mengenai fungsi, program, aktivitas, dan indikator kinerja.
7.      Mendorong pengeluaran daripada penghematan.

Pendekatan Kinerja
Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kekurangan yang terdapat dalam pendekatan tradisional, khususnya kekurangan yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayan publik.
Karakteristik dari pendekatan ini dapat diringkas sebagai berikut:
1.      Mengklasifikasikan akun-akun dalam anggaran berdasarkan fungsi dan aktivitas dan juga berdasarkan unit organisasi dan rincian belanja.
2.      Menyelidiki dan mengukur aktivitas guna mendapatkan efisiensi maksimum dan untuk mendapakan standar biaya.
3.      Mendasarkan anggaran untuk periode yang akan datang pada biaya per unit standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang diperkirakan harus dilakukan pada periode tersebut. Total anggaran untuk suatu lembaga adalah jumlah dari perkalian dari biaya standar per unit dengan jumlah unit aktivitas yang diperkirakan pada periode yang akan datang.
Penggunaan anggaran dengan pendekatan kinerja memberikan beberapa kelebihan, anatara lain:
1.      Penekanan pada dimasukkannya deskripsi secara naratif dari setiap aktivitas di setiap anggaran yang diajukan.
2.      Anggaran disusun berdasarkan aktivitas, dengan permintaan yang didukung oleh estimasi biaya dan pencapaian yang diukur secara kuantitatif.
3.      Penekanannya pada kebutuhan untuk mengukur output dan input.
4.      Anggaran kinerja yang mensyaratkan adanya data-data kinerja memungkinkan legislatif untuk menambah atau mengurangi dari jumlah yang diminta dalam fungsi dan aktivitas tertentu. Hal tersebut tidak dapat dilakukan kalau data yang ada hanya data belanja, setelah diputuskan oleh legislatif, eksekutif harus merunut dan merevisi anggarannya.
5.      Menyediakan kepala eksekutif pengendalian yang lebih terhadap bawahannya.
6.      Anggaran kinerja menekankan aktivitas yang memakai anggaran daripada berapa jumlah anggaran yang terpakai, dan memerlukan jawaban atas pertanyaan berikut ini.
a.       Apa tujuan lembaga tersebut? Apa alasan lembaga tersebut meminta diadakan anggaran? Jasa apa yang diberikan lembaga tersebut sehingga lembaga tersebut harus tetap ada?
b.      Program atau aktivitas apa yang digunakan oleh lembaga untuk mencapai tujuan dan sasarannya?
c.       Berapa volume kegiatan /pekerjaan yang dipersyaratakan untuk setiap aktivitas?
d.      Berapa banyak jasa yang dapat diberikan dengan menggunakan anggaran tahun lalu?
e.       Berapa banyak aktivitas atau jasa yang diberikan yang diharapan oleh legislatif atau pembayar pajak jika jumlah anggaran yang diminta dikabulkan?
Namun, anggaran dengan pendekatan kinerja juga memiliki beberapa kekurangan yaitu:
1.      Hanya sedikit dari pemerintah pusat dan daerah yang memiliki staf anggaran atau akuntansi yang memiliki kemampuan memadai untuk mengidentifikasi unit pengukuran dan melaksanakan analisis biaya.
2.      Banyak jasa dan aktivitas pemerintah tidak dapat langsung terukur dalam satuan unit output atau biaya per unit yang dapat dimengerti dengan mudah.
3.      Akun-akun dalam pemerintah telah secara khusus dibuat dengan dasar anggaran yang dikeluarkan (cash basis). Hal ini membuat pengumpulan data untuk keperluan pengukuran kinerja sangat sulit, bahkan kadangkala tidak memungkinkan.
4.      Kadang kala, aktivitas lansung diukur biayanya secara detail dan dilakukan pengukuran secara detail lainnya tanpa adanya pertimbangan memadai yang diberikan pada perlu atau tidaknya aktivitas itu sendiri. Dengan kata lain, tidak ada pertimbangan untuk menentukan apakah aktivitas tersebut merupakan alat terbaik untuk mencapai tujuan organisasi.

TEKNIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Akuntansi Dana
Dalam Governmental Accounting Standards Board (GASB) disebutkan pengertian dana (fund) sebagai berikut, dana adalah sebuah kesatuan akuntansi tersendiri yang terpisah berdasarkan tujuan tertentu. Dalam satu dana itu, terdapat kesatuan akun sendiri yang terdiri atas asset (aktiva), kewajiban dan ekuitas dana.
Dari kesatuan dana-dana yang dimiliki organisasi sektor publik, dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1.      Dana yang bisa dibelanjakan (Expendable Fund)
Dana yang disediakan untuk membiayai aktivitas-aktivitas yang bersifat non-business yang menjadi bagian dari tujuan organisasi sektor publik.
2.      Dana yang tidak bisa dibelanjakan (Nonexpendable Fund)
Dana yang dipisahkan untuk aktivitas-aktivitas yang bersifat bisnis, digunakan sebagai pendukung dari expendable fund.
Dalam akuntansi dana dikenal persamaan akuntansi sebagai berikut:

AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS DANA

Pada organisasi publik, ekuitas dana tidak menunjukan adanya kepemilikan siapa pun karena memang tidak ada kepemilikan individu dalam suatu organisasi sektor publik.
Dalam akuntansi dana, dikenal istilah basis akuntansi dan fokus pengukuran (measurement focus). Basis akuntansi menentukan kapan transaksi dan peristiwa yang terjadi diakui. Fokus pengukuran dari suatu entitas akuntansi menentukan apa yang akan dilaporkan, dengan kata lain jenis aktiva dan kewajiban apa saja yang diakui secara akuntansi dan dilaporkan dalam neraca. Konsep basis akuntansi dan fokus pengukuran ini berhubungan erat dan pemilihan salah satu akan mengimplikasikan pemilihan yang lain.

Akuntansi Anggaran
Akuntansi anggaran (budgetary accounting) mengacu pada praktik yang dilakukan oleh banyak organisasi sektor publik, khususnya pemerintah dalam upaya menyajikan akun-akun operasinya dengan menggunakan format yang sama dengan anggarannya. Tujuan praktik ini adalah untuk menekankan peranan anggaran dalam siklus perencanaan-perencanaan pertanggungajawaban.
Ide di balik akuntansi anggaran ini adalah untuk kemudahan. Kesulitan biasanya muncul karena organisasi yang berbeda biasanya mengadopsi format pelaporan yang berbeda pula. Hasil yang lebih bermakna dapat diperoleh dengan membuat akun-akun anggaran yang diklasifikasikan dengan cara tertentu yang spesifik terhadap jasa tertentu namun hal ini menyebabkan ketidakseragaman dalam format akuntansi anggaran. Ada masalah signifikan bahwa organisasi yang berjenis sama dan memberikan jasa yang sama mungkin memiliki  perlakuan yang berbeda walaupun akuntansi anggaran telah diadopsi oleh mereka. Hal ini timbul karena ada dua masalah, yaitu:
a.       Level agregasi.
b.      Perbaningan antara anggaran dan actual yang terjadi.
Kekurangan lain dari akuntansi anggaran terletak pada seberapa sering, atau seberapa intensif kah laporan keuangan membandingkan antara anggaran dengan aktual terjadi dan menjelaskan perbedaannnya.
Terlepas dari sistem apa pun yang hendak diadopsi, beberapa perbandingan dan penjelasan tetap perlu dimasukkan. Logika dari akuntansi anggaran adalah bahwa anggaran dan akun-akun harus dibandingkan secara berkesinambungan sehingga tindakan dapat diambil untuk memperbaiki perbedaan tersebut. Hal ini berlaku pengguna eksternal dan internal dari informasi. Dengan melaporkan hanya dua kolom (anggaran dan aktual saja), tidak hanya tujuan utama dari akuntansi anggaran ini saja yang tidak dapat tercapai, melainkan akan memerlukan banyak waktu untuk menjawab pertanyaan pengguna yang spesifik atas perbedaan yang dapat dihindarkan apabila akun-akun itu sendiri telah menyediakan analisis yang relevan. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa akuntansi anggaran lebih berfokus pada bentuk akunnya daripada isinya.

Akuntansi Komitmen
Akuntansi komitmen (commitment accounting) dapat digunakan bersama, baik basis akuntansi kas maupun akrual. Karena tidak masuk akal untuk menggunakan akuntansi komitmen tersebut untuk beban karyawan, maka akuntansi komitmen hanya mencakup salah satu bagian kecil dalam anggaran organisasi. Sebagai konsekuensinya, akuntansi komitmen ini hanya merupakan subsistem dalam sistem akuntansi utama organisasi.
Akuntansi komitmen mengakui transaksi ketika organisasi telah memiliki komitmen untuk melaksanakan transaksi tersebut. Ini berarti bahwa transaksi tidak diakui ketika ada penerimaan dan pengeluaran kas, juga bukan pada saat faktur diterima dan dikirimkan, namun pada saat yang lebih awal, yaitu pada saat pesanan dibuat atau diterima.
Fungsi utama dari akuntansi komitmen adalah dalam kontrol anggaran. Gagasannya adalah bahwa akun-akun bulanan yang mencatat hanya faktur yang diterima atau dibayar memberikan hanya sedikit nilai terhadap proses pengambilan keputusan. Agar manajer dapat mengendalikan anggaran mereka, mereka perlu mengetahui seberapa besar anggaran yang telah menjadi komitmen dalam hubungan dengan pesanan yang dibuat. Karena berkaitan dengan fungsi utamanya, maka akuntansi komitmen berfokus pada pesanan yang telah dibuat.